
Aku teruskan pengembaraan hari, detik-detik demi detik aku tepati. Lama sudah mungkin aku tidak menempuh hari dengan ketepatan jarum waktu yang tidak pernah mungkir untuk berlalu setiap saat. Saat yang tidak pernah seumurku aku melihat ia undur. Maju terus ia tegak menguruskan nombornya yang dua belas itu. Sejenak aku melihat waktu pembalut tanganku . Mengapa tidak aku seperti ia? tidak pernah undur walau sedetik. Tidak pula pernah ia melompat-lompat tanpa tertib satu ke lima atau tiga ke lapan. Tersusun bukan? Ia yang menemani diriku setiap hari dengan tertib dan maju tanpa menganggu....mengapa resam itu tidak terniat untuk aku pahat dalam diri...mungkin egonya aku, kamu?
oh. aku tergoda dgn wajah kacak mu ittew :))
ReplyDelete